Jumat, 29 Oktober 2021

[REVIEW] Into the Pit—Begitu Gampang dan Menyenangkan

Ada sebuah games murah di Steam yang dipasarkan dengan harga Rp95.999 dan barusan di-launching pada 19 Oktober 2021 kemarin. Yap, games itu dengan judul Into the Pit garapan Nullpointer Game dan dipasarkan di bawah distributor Humble Game. Games ini sebagai kreasi indie yang ditujukan untuk pemakai Windows (PC) dan konsol Xbox One.


Apa Into the Pit mampu mengusung nama developer ke atas pentas kompetisi di dunia games? Seharusnya kamu baca ulasan Into the Pit dari penulis untuk games dengan proses menarik ini.


1. Cerita pemburu sichir dalam hadapi portal iblis



Plot yang mengusung cerita mengenai sichir dan dunia mistik mungkin demikian digemari oleh beberapa gamer di dunia. Minimal, ada banyak sekali komponen sichir yang didatangkan dalam games berbasiskan RPG dan hack and slash. Cerita yang diperlihatkan dalam Into the Pit juga begitu. Dia searah dengan cerita-kisah pemburu iblis yang lain.


Di sini, kamu akan bekerja sebagai pemburu sichir yang berkekuatan mistik karena watakmu sebagai turunan dari keluarga yang profesinya sebagai pemburu tukang sichir. Di suatu waktu, kamu dengar berkenaan rumor ada portal iblis yang mengakibatkan banyak daerah alami kegelapan.


Tidak sampai di sana, watak kita dan ponakannya yang namanya Luridia ditugaskan untuk menyelidik sebuah dusun yang diperhitungkan terkuasai oleh kemampuan sichir jahat. Nach, disini, penjelajahanmu akan diawali secara intensif. Pemain dituntut untuk menyelidik sekalian menangani kemampuan jahat yang entahlah darimanakah hadirnya.


2. Proses permainan yang lumayan gampang


Dapat disebutkan jika Into the Pit terhitung ke games sejenis first-person shooter (FPS) yang digabungkan dengan roguelike, yaitu proses permainan yang menyuntikkan elemen kematian tetap pada watak. Yap, bila watakmu meninggal di tengah-tengah jalan, kamu akan mengulang-ulangnya dari sejak awalnya atau lewat checkpoint yang jaraknya lumayan jauh.


Apa proses semacam ini dapat membuat frustrasi seperti seri games dengan judul Dark Souls? Sayang, games ini dapat digerakkan dengan demikian gampang dan hampir tanpa rintangan sama sekalipun. AI lawan terlihat demikian noob dan kemampuannya kelihatan benar-benar tidak imbang dengan watak khusus. Kamu dapat dengan asyik memberondong musuh-musuhmu dengan kemampuan mistik yang kamu punyai.


Lalu, point setelah itu proses permainan yang cukup repetitif. Maknanya, selainnya ide yang selalu berulang-ulang, pemain bisa menamatkan games ini sama waktu yang cukup pendek. Disamping itu, macam gempurannya juga kurang bermacam. Baik itu gempuran dari watak atau lawan, semua kelihatan benar-benar simpel dan susah mendapati di mana letak macamnya.


Bagaimana dengan kekuatan bosnya? Kelihatannya penulis rasakan hal sama gampangnya. Dengan seringkali gempuran taktis, watak bos akan ketidaktahuan dan itu peluang kita untuk merubuhkannya. Pada dasarnya, bertualang di dunia Into the Pit dirasakan gampang dan menyenangkan walau ada hati jemu di situ.


3. Penampilan visual masih kelihatan kaku


Terang jika Into the Pit tampilkan style visual retro yang berkesan kotak-kotak. Tetapi, lepas dari itu, penulis masih rasakan jika kualitas grafisnya cukup kaku. Sebagian besar bangunan dan object yang ada dilukiskan secara hampir sama. Dunia bawah tanah pun tidak dapat dicontohkan dengan lumayan baik, bukannya tampil menakutkan.


Tetapi, berita baiknya, developer mengikutkan banyak sekali warna menarik di saat mekanisme pertempuran berjalan. Kamu akan menyaksikan bagaimana sinar peluru dapat dilemparkan dengan warna yang demikian pekat . Maka, games ini kelihatannya memang konsentrasi dalam tindakan tembak lawan dengan lemparan peluru sinar yang demikian masif.

Baca Juga : 5 Bukti Minecraft 'The Wild Up-date', Bioma dan Mob Baru

4. Style audio yang berkesan FPS sekali



Into the Pit datang dengan style audio yang unik dan berkesan FPS sekali. Ketika tembak musuh-musuhmu, suara malah akan kedengar seperti kamu tembak dengan senapan mesin. Tidak berbeda jauh dengan games FPS yang menggunakan senjata kekinian, shooting sichir dalam games ini dilukiskan begitu.


Musiknya memadukan elemen seram dan retro yang cukup kental. Ketika kita masuk sebuah zone tertentu yang misteri, musik akan mengalun cukup creepy. Nach, demikian kita hadapi segerombolan iblis, musik akan cepat berpindah ke model retro yang cukup stabil. Mainkan Into the Pit akan bawa kita pada alunan audio yang bercabang dan memiliki sifat dualisme.


5. Bawa ide inovatif yang kurang dioptimalkan


Sebenarnya games ini telah datang dengan ide yang unik sekalian inovatif. Penulis sukai dengan gagasan narasi berkenaan portal iblis, kemampuan sichir, dan style watak yang dapat melemparkan banyak sekali peluru mistik dari ke-2 tangannya. Namun, ada beberapa kekurangan yang penulis rasakan saat mainkan Into the Pit sepanjang beberapa saat.


Pertama, plot khusus tidak sanggup diperkembangkan secara dalam oleh developer. Ke-2 , AI lawan yang demikian bodoh dan benar-benar gampang untuk ditaklukkan walau cuman memakai gempuran kecil. Lantas, ke-3 , kurangnya macam pergerakan atau gempuran dari semua watak dalam games ini, terhitung beberapa musuh kita. Paling akhir, kualitas visual dan audio yang berkesan tanggung untuk dicicipi.


Maka bagaimana ringkasannya? Well, penulis memberi score 3/5 untuk Into the Pit. Dapat disebutkan jika dengan demikian jumlahnya kekurangan, games ini masih tampil cukup karena proses memberondong iblis yang dipandang menyenangkan. Nach, dengan harga yang lumayan murah, rasanya games ini masih pantas untuk dibeli dan dimainkan diakhir minggu.


0 Comments to “[REVIEW] Into the Pit—Begitu Gampang dan Menyenangkan”

Posting Komentar