Jumat, 29 Oktober 2021

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu Sendiri

Seri Pathfinder mungkin kedengar cukup asing dalam telinga kita. Yap, seri itu memang dibikin benar-benar kompleks dan terbagi dalam beberapa macam, salah satunya permainan papan, kartu, buku narasi, dan games versus digital yang umumnya dibuat untuk basis Windows (PC). Nach, ada dua seri populer dalam waralaba ini, yaitu Pathfinder: Kingmaker dan Pathfinder: Wrath of the Righteous.


Sayang, seri Pathfinder: Kingmaker yang di-launching pada 2018 itu memperoleh banyak kritikan walau tidaklah sampai membuat tersuruk. Well, pada 2 September 2021 lalu, Owlcat Games—melalui META Publishing—telah melaunching seri terkini yang dengan judul Pathfinder: Wrath of the Righteous untuk multiplatform, yaitu Windows (PC), macOS, PS4, dan Xbox One.


Bagaimana kesan-kesan penulis dalam mainkan seri terkini dari Pathfinder ini? Masihkah tampil biasa-biasa saja seperti perintisnya? Yok, baca beberapa pembahasan dan ulasan Pathfinder: Wrath of the Righteous berikut ini.


1. Plot masih bergelut dengan kebaikan menantang kejahatan



Plot dan alur cerita khusus dalam RPG ini kali masih termasuk sama dengan games semacam. Pada dasarnya, kebaikan akan menantang kejahatan yang sudah tidak tertahan kembali di dunia. Tetapi, di sini, kita lebih bebas saat menentukan jalan hidup dari watak dimainkan. Bukannya selalu bela kebenaran, kita malah menjadi sisi dari kejahatan tersebut.


Penulis sempat mainkan games ini sepanjang 10 jam—memang jauh dari cukup. Tetapi, penulis cukup intensif dan memahami jika Pathfinder: Wrath of the Righteous datang dengan latar narasi yang memiliki bobot dan benar-benar berlainan dengan perintisnya. Kita akan ada di sebuah realm atau dunia yang dipenuhi oleh kemampuan jahat, seperti iblis, penyihir, monster, dan substansi yang lain.


Apa watak bisa menjadi hero atau bad guy, itu bergantung bagaimana kita pilihnya. Kita dituntut untuk pelajari dan jalani games ini dengan kompleks dan linear supaya memahami akan segalanya yang akan dibuat. Kita menelusuri Worldwound, sebuah dunia yang mempunyai sela atau gerbang antardimensi yang menyebabkan beragam intimidasi di semua negeri.


Beberapa negara dan kerajaan mulai kerepotan dalam hadapi dunia iblis. Cerita klisenya, kamu akan tergabung ke barisan pahlawan yang bekerja menantang kemampuan jahat itu. Jalankan watak di di dunia yang gelap dan sarat dengan teror mistik menjadi satu diantara sisi paling hebat untuk dilaksanakan dalam games ini.


2. RPG isometrik yang kental dengan pergerakan taktis


Pathfinder: Wrath of the Righteous terang tawarkan suatu hal yang lain dibandingkan games semacam. Games ini secara tegas mempunyai proses sebagai RPG isometrik seperti Dragon Age: Origins dan Divinity: Orisinal Sin. Tetapi, di sini, kamu tidak langsung bisa hajar kromo dan mengerubut musuh-musuhmu sampai meninggal. Masalahnya developer masukkan elemen turn-based sebagai pendamping prosesnya.


Apa tidak berkesan sulit dan berbelit-belit? Menurut penulis, gameplay yang ada memang berkesan benar-benar taktis, tetapi tidak sesulit yang dipikirkan. Itu penyebabnya, mayoritas waktu akan kita habiskan untuk nikmati segi gameplay-nya yang demikian taktis dan memiliki bobot. Tetapi, bila kalian terlatih mainkan RPG, jenis The Witcher atau Skyrim, permainan taktis ala-ala Pathfinder: Wrath of the Righteous perlu penyesuaian yang dalam.


Pada awal permainan, kita akan pilih watak yang akan dimainkan. Ada 25 kelas dan 12 ras yang dapat diputuskan sebagai watak dasar. Tidak cuman sampai di sana, beberapa karakter menguasai bisa juga diputuskan untuk tentukan skema permainan kita. Nach, antiknya, developer menyuntikkan banyak sekali modifikasi mantra, jurus, dan kemampuan yang akan mempengaruhi style bermain gamer.


Pada umumnya, proses permainan yang didatangkan dalam games ini telah lebih bagus bila dibanding dengan Pathfinder: Kingmaker. Pasti dapat diperlukan saat yang benar-benar lama untuk menamatkan games ini ingat ada banyak sekali mekanisme battle yang perlu digerakkan dengan strategi dalam, belum juga bila harus ikuti plot ceritanya yang berkesan lamban.


3. Kualitas visual dapat menjadi harga jual


Kemungkinan penampilan visual dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous tidak dapat disebutkan benar-benar mempesona. Kenyataannya, jarang games sejenis RPG isometrik yang mempunyai grafis yang betul-betul wah. Kembali juga, tidakkah sebuah RPG isometrik lebih harus menunjukkan kedalaman narasi dan proses gameplay? Nach, di mata penulis, games ini telah datang dengan grafis yang oke dan dapat menjadi harga jual yang bagus.


Menghajar monster akan terlihat beringas karena banyak sekali cipratan darah yang dibuat. Belum juga ,beberapa serangan sichir yang dilemparkan substansi iblis dari beragam segi tampil bagus. Ada banyak bug kecil yang penulis dapatkan di saat keadaan battle. Tetapi, segi error itu tidaklah sampai mengusik jalan permainannya dan masih dipandang benar-benar minor.


Untuk versus PC, detail yang disuruh tidak demikian tinggi. Dengan RAM 8 GB, processor Core i5, dan GPU sama dengan GeForce 940M, kamu bisa jalankan games ini secara lancar. Kemampuan file-nya terhitung di kelas menengah, yaitu 55 GB. Bagaimana? Lumayan ringan untuk digerakkan, kan? Selekasnya saja membeli dan install games ini di PC punyamu.

Baca Juga : [REVIEW] Into the Pit—Begitu Gampang dan Menyenangkan

4. Audio kedengar sepi



Ini kemungkinan memiliki sifat benar-benar relatif. Tetapi, dalam telinga penulis, kualitas audio yang diperlihatkan dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous masih tidak cukup memiliki bobot dan kesusahan menyeimbangi plot ceritanya yang dalam. Ada beberapa dungeon yang tidak ditranslate secara bagus lewat audionya. Bahkan juga, kualitas pengisi suaranya kedengar biasa saja.


Audio dan semua jenis suara yang dibikin oleh developer tak berarti jelek. Dia masih kedengar jernih dan cukup pantas untuk didengarkan. Tetapi, ada beberapa sisi dalam games yang berkesan sepi dan tidak mempresentasikan dunia yang dark dan menakutkan. Untungnya, malah di sini developer dapat bermain aman karena jarang diketemukan suara yang overloud.


5. Terang lebih bagus daripada perintisnya


Pathfinder: Wrath of the Righteous terang datang dengan plot dan style permainan yang lebih baik daripada perintisnya. Dia sanggup tampil jadi RPG isometrik dengan proses taktis yang intensif dan buat ingin tahu dari hari ke hari. Belum juga bila menyaksikan penampilan visualnya, dia telah terhitung dalam kelompok baik.


Tetapi, games ini kelihatannya akan susah dicintai oleh kalian yang fanatik dengan RPG, seperti Elder Scrolls, The Witcher, atau Dragon Age: Inquisition. Di satu segi, proses turn-based yang ada mampu jadi hal fresh yang mempertajam otak. Di lain sisi, mekanisme jenis ini menjadi sebuah bumerang karena berkesan berbelit-belit.


Well, tidak ada gading yang tidak rengat, kan? Penulis memberikan score akhir 4/5 untuk Pathfinder: Wrath of the Righteous. Tanpa berasa, games ini akan habiskan waktu tidur dan membuat kamu kerap bergadang. Bagaimana? Apa kamu siap untuk membuat jalan hidupmu sendiri?


0 Comments to “ [REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu Sendiri”

Posting Komentar