Sabtu, 20 November 2021

[REVIEW] Fatal Frame: Maiden of Black Water—Nostalgia Seram Ikonis

[REVIEW] Fatal Frame: Maiden of Black Water—Nostalgia Seram Ikonis

PASTORBFMC - Apa yang tebersit dalam benakmu pada saat dengar games dengan judul Fatal Frame? Tentunya, aura kenangan selekasnya datang dalam bayang-bayang kita. Ya, Fatal Frame merupakan sebuah waralaba punya KOEI TECMO yang telah exist semenjak 2001 lewat PS2. Penulis masih ingat ketika dahulu memainkan dan games itu dapat datang cukup berlainan dibanding banyak games seram yang lain.

Nach, pada 28 Oktober 2021 lalu, KOEI TECMO kembali melaunching waralaba terbaru yang dengan judul Fatal Frame: Maiden of Black Water. Sebenarnya, games ini telah terlebih dahulu ditawarkan pada 2014 untuk konsol Wii U. Tetapi, pada akhirnya seri seram ini di-launching secara multiplatform untuk Windows (PC) dan konsol terkini PS5 dan Xbox Seri X.

Penulis sendiri berpeluang coba memainkan di PC sepanjang beberapa saat. Bagaimana kesan-kesan dan ulasan penulis pada Fatal Frame: Maiden of Black Water? Yok, baca artikel ini!


1. Punyai cerita yang cukup unik dan sedikit memusingkan

Fatal Frame memang rekat dengan cerita seram yang lamban dan mencekam, berlainan dengan games seram, jenis Resident Evil, Alone in the Dark, Silent Hill, atau Alan Wake yang mengikutsertakan beragam jenis kekerasan untuk melumpuhkan lawan-lawan kita. Dalam Fatal Frame, kita cuman akan dipersenjatai dengan camera obscura untuk menantang balik intimidasi hantu yang ada.

Nach, ini kali, developer menyengaja menyuntikkan plot dan cerita yang unik. Bagaimana tujuannya? Bukannya datang pada jalan narasi yang linear, Fatal Frame: Maiden of Black Water malah punyai ide percabangan di jalur ceritanya. Kita akan memperoleh semua premis dalam games lewat tiga sudut pandang yang lain, yaitu melalui penjelajahan Yuri Kozukata, Miu Hinasaki, dan Ren Hojo.

Gunung Hikami sebagai tempat fiktif untuk background dalam games ini terlihat misteri. Menurut ceritanya, pegunungan itu telah lama jadi zone untuk ritus bunuh diri dan contact religius—mungkin serupa dengan seperti pesugihan. Developer masukkan cerita dari 3 watak yang lain untuk memperoleh sebuah rangkuman yang benar.

Yuri ialah watak khusus yang punyai kekuatan sebagai mediator di antara dunia riil dan alam gaib. Lantas, Miu sendiri sebagai anak dari protagonis khusus namanya Miku Hinasaki yang dahulunya jadi protagonis khusus di Fatal Frame pertama. Paling akhir, ada watak namanya Ren yang mempunyai background sebagai penulis. Well, apa pengutaraan premis dan cerita jenis ini tidak memusingkan?

Jujur penulis mengakui jika pengutaraan plot jenis ini bisa mengundang ketidaktahuan, bahkan juga rasa jemu. Mengapa? Itu karena ada beberapa nama dan kejadian yang sama-sama berkaitan dan tidak semua pernah dikenali oleh gamer. Apa lagi, sebagian besar kejadian atau peristiwa yang sama-sama berkaitan itu cuman dapat dibaca lewat jurnal atau artikel. Cukup repot dan buat pusing, kan?

Namun, tidak berarti games ini punyai plot yang jelek. Bila dapat ikutinya dari sejak awalnya secara perlahan-lahan dan sanggup mengolah semua jurnal yang ada, kamu tentu secara cepat pahami apa yang dikatakan oleh developer . Maka, belajarlah berpikir out of the box dalam games ini karena di sanalah point khusus yang hendak dikatakan oleh si pengembang.


2. Awalannya mencekam, semakin lama menjemukan

Apa yang didatangkan dalam Fatal Frame: Maiden of Black Water cukup sama dengan beberapa seri awalnya. Pada dasarnya, gamer akan menyelesaikan visi tertentu dan hadapi arwah atau hantu yang keberadaannya dapat membuat jantung berdetak kuat. Sayang, semua komponen yang ada ini kali cuman membekas di awal mula permainan.

Penulis sendiri sebagai gamer pecinta seram, dari sisi RPG dan taktik. Bila kamu ialah orang yang pertama kalinya mainkan games ini, kemungkinan situasi menakutkan akan selekasnya kamu peroleh secara intensif dan riil. Tetapi, untuk kamu yang telah mainkan seri Fatal Frame awalnya, cerita terbaru ini malah semakin cemplang karena banyak sekali ide repetitif yang diperlihatkan.

Keputusan developer untuk melaunching games ini di Wii U kelihatannya jadi sebuah blunder. Bukannya memperoleh pembahasan positif karena proses kontrol dalam konsol Wii U, games ini malah dilalaikan demikian saja oleh fans di luaran sana. Itu penyebabnya, developer kembali coba keberuntungan dengan melaunchingnya ke media multiplatform.

5 BUKTI MINECRAFT 'THE WILD UP-DATE', BIOMA DAN MOB BARU

[REVIEW] PATHFINDER: WRATH OF THE RIGHTEOUS—CIPTAKAN JALANMU SENDIRI 

Dalam games ini, kita akan selalu bawa camera untuk memfoto sekalian memukul mundur hantu-hantu yang mengusik. Antiknya, kita dapat melakukan modifikasi camera dengan beragam jenis lensa yang tentu saja akan berbuntut pada angka damage yang dibuat. Di luar proses bermainnya yang intensif dan menjadi legenda, ada dua hal khusus sebagai batu sandungan untuk penulis.

Pertama, ada beberapa tempat yang serupa dan harus didatangi oleh masing-masing watak. Sudah pasti ini benar-benar menjemukan walau memang berkesan wajib buat lengkapi plot khusus. Ke-2 , banyak sekali hantu yang dapat kita berondong dengan bidikan camera membuat aura menakutkan jadi lenyap sama sekalipun. Games ini sepintas justru terlihat seperti games tindakan yang menghajar zombi arwah.

Pada umumnya, Fatal Frame: Maiden of Black Water tidak tawarkan hal yang betul-batul baru. Kamu dapat memainkan untuk maksud bernostalgia dengan seri Fatal Frame pada zaman 2000-an. Bila tidak menyenangi plot memusingkan dan gameplay repetitif, kelihatannya kamu pasti akan tidak sukai dengan games ini.


3. Kualitas visual biasa-biasa saja

Kualitas visual biasa-biasa saja

Pasti ada kenaikan perform visual dibandingkan versus Wii U-nya. Tetapi, di mata penulis, segala hal yang terkait dengan grafis dalam games ini terlihat biasa-biasa saja. Beritanya, versus PS5 dan Xbox Seri X tampilkan grafis yang dipandang standard. Walau sebenarnya, games ini sanggup berpotensi untuk mengoptimalkan hardware ke-2 konsol hebat itu.

Penampilan terburuk ada di deskripsi dari setiap arwah atau hantu. Kemunculan mereka sepintas sama dengan penampilan visual di games konsol PS3 atau Xbox 360. Untungnya, design watak yang didatangkan oleh KOEI TECMO cukup beri kesegaran mata. Yap, sejak dahulu, mereka memang populer jago dalam soal design watak yang imut dan menganakemaskan mata gamer.

Untuk kamu yang inginkan hal baru, games ini diperlengkapi dengan opsi baju yang termasuk sensual. Dengan penampilan baju yang lumayan minimalis, pasti sensualitas watak akan semakin kelihatan pada saat keadaan hujan atau basah. So, terang jika games ini dibikin untuk pemain dewasa yang cukup usia.


4. Audio kurang cukup mencekam

Penulis menyengaja mainkan Fatal Frame: Maiden of Black Water ketika larut malam memakai earphone dan pada keadaan gelap. Hasilnya? Tidak ada seram-seramnya sama sekalipun. Pada awal permainan memang kita akan disuguhi dengan tindakan dan audio yang cukup mencekam. Tetapi, makin lama, elemen menakutkan itu jadi cemplang karena terpindah dengan proses yang demikian repetitif.

Ini diperburuk dengan kualitas audionya yang termasuk standard. Memang, sich, situasi seram bisa didapat. Namun, ada beberapa suara yang malah kedengar melembek. Semakin banyak hantu yang diperlihatkan pada sebuah episode, semakin cemplang juga hati kita dalam memainkan. Penulis mengetahui jika ini kemungkinan benar-benar memiliki sifat relatif. Tetapi, mainkan Fatal Frame di tengah-tengah malam dan tidak berasa horor? Tentu ada suatu hal yang keliru.


5. Kenangan dengan games seram ikonis

Games ini datang sebagai pendamping kenangan kita dengan games seram ikonis garapan KOEI TECMO. Sayang, bukannya ada dengan komponen baru, proses yang datang malah berkesan repetitif, belum juga bila ikuti semua plotnya yang berkesan berbelit-belit dan susah untuk dimengerti.

Pada umumnya, seri Fatal Frame ini kali kemungkinan lebih melipur daripada beberapa seri awalnya. Masalahnya developer masukkan pilihan sensualitas yang dapat kita tentukan untuk beri kesegaran permainan. Ini diperkokoh dengan penampilan watak yang paling detil bila dibanding dengan deskripsi lingkungan dan beberapa hantu yang ada.

Score 3/5 ialah nilai akhir yang dapat penulis beri untuk Fatal Frame: Maiden of Black Water. Bila inginkan nuansa yang benar-benar menakutkan dan mengerikan, kelihatannya games ini masih tidak dapat melakukan secara baik. Tetapi, jika cuman ingin bernostalgia dengan games seram yang ikonis, kamu dapat membeli di Steam dengan harga Rp580 ribu.

Baca juga : [REVIEW] GUARDIANS OF THE GALAXY—TAMPIL BAGUS DAN IMPRESIF


Read more →

Selasa, 09 November 2021

[REVIEW] Guardians of the Galaxy—Tampil Bagus dan Impresif

[REVIEW] Guardians of the Galaxy—Tampil Bagus dan Impresif


PASTORBFMC - Guardians of the Galaxy ialah satu kelompok pahlawan superlebih—cocok dipandang pasukan bayaran—dalam semesta Marvel yang pekerjaannya jaga perdamaian antargalaksi. Untuk fans, cerita penjelajahan Star-Lord (Peter Quill) memang dirasakan benar-benar melipur dan menyenangkan untuk dituruti, apa lagi saat cerita mereka benar-benar terkait dengan The Avengers, satu kelompok pahlawan super perlindungan Bumi.


Nach, pada 26 Oktober 2021 lalu, Square Enix melaunching sebuah games dengan judul Marvel's Guardians of the Galaxy secara multiplatform. Ya, games garapan Eidos-Montréal ini bisa dimainkan untuk Windows (PC), PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Seri X. Disutradarai oleh Jean-Francois Sangkas dan Patrick Fortier, games ini sudah mendapatkan banyak animo pada awal peluncurannya.


Well, bagaimana ulasan penulis sesudah mainkan games ini? Seberapa jauh keasikan dan serunya yang didapat dalam waralaba Marvel ini? Yok, baca ulasan Marvel's Guardians of the Galaxy berikut ini.


1. Plot narasi yang fresh tanpa hilangkan originalitas

Premis dan plot khusus yang didatangkan dalam games ini termasuk fresh dan tidak mengopi mentah-mentah alur cerita dalam filmnya. Walau begitu, pengembang masih menjaga originalitas dari semua komponen yang ada pada Guardians of the Galaxy. Pada dasarnya, background dari games ini ambil cerita sekian tahun sesudah perang antarbintang yang tinggalkan banyak tapak jejak masif di semua galaksi.


Nach, seperti narasi dalam komik dan filmnya, kita akan mainkan satu kelompok pasukan namanya Peter Quill atau Star-Lord, Gamora, Rocket Raccoon, Groot, dan Drax. Tetapi, dalam games ini kali, barisan Guardians of the Galaxy telah komplet dan pemain dipandang tahu berkenaan background dari tiap-tiap watak yang ada. Diceritakan jika kita akan cari uang atau harta karun dari beberapa sisa peperangan galaksi di periode kemarin.


Salah satunya tipe harta karun yang dicari oleh Peter Quill ialah monster-monster sangat jarang yang menyebar di daerah Quarantine Zona. Bila visi mereka sukses, monster-monster itu dapat diuangkan atau dibeli oleh faksi yang mengumpulkan makhluk aneh. Sayang, bukanlah uang yang didapatkan, Peter Quill dan teman-teman justru harus bertemu dengan permasalahan baru di galaksi.


Yap, mereka ditempatkan pada sebuah masalah kompleks yang tersangkut mengenai ideologi misteri. Berdasar info yang mereka bisa, semuanya orang di galaksi dapat secara mudah ikuti ideologi itu, bahkan juga akan mempertaruhkan apa saja, terhitung nyawa. Premis jenis ini awalannya berkesan absurd.


Tetapi, sesudah memainkan, alur cerita jadi benar-benar menyenangkan untuk dituruti. Bukannya datang secara repetitif, kita malah akan disuguhi cerita penjelajahan Guardians of the Galaxy yang warna dan jauh dari kata jemu. Antiknya, untuk penulis individu, games ini lebih membahagiakan untuk dituruti daripada cerita asli dalam filmnya.


2. Benar-benar membekas walau tidak selebar yang dipikirkan

Kemungkinan yang jadi sedikit kekesalan untuk penulis ialah dunia yang dijajakan dalam games ini. Well, dalam Marvel's Guardians of the Galaxy, kita cuman akan menelusuri beberapa planet, bukannya semua galaksi. Ini sebenarnya cukup sayang karena semestinya, penjelajahan Peter Quill dan teman-teman dapat semakin luas kembali ingat ukuran file pada PS5 dan PC-nya berada di atas 80 GB.


Tetapi, berita baiknya, Eidos-Montreal tahu bagaimana hilangkan asumsi jelek itu. Penjelajahan dan cerita epik yang didapat tetap membekas, bahkan juga saat kamu telah menamatkan games ini. Walau seakan terjerat didalamnya, kita akan disuguhi banyak sekali panorama unik dan cantik dalam games ini. Ini sudah menunjukkan jika dunia linear tidak selama-lamanya menjemukan.


3. Proses gameplay yang membahagiakan


Apa yang diharap dari sebuah games bernama besar jenis Marvel's Guardians of the Galaxy? Ya, sudah pasti proses permainan yang asyik dan membahagiakan untuk ditempuh. Untungnya, games ini telah datang pada tingkat harapan itu. Memainkan di konsol PS5 sudah bawa kesenangan tertentu untuk penulis, apa lagi bila hadapi gerombolan lawan dalam capaian tembak.


Mainkan games ini justru membuat penulis lupa jika Guardians of the Galaxy masih jadi sisi dari semesta Marvel. Masalahnya penulis memperbandingkannya dengan games Marvel yang lain yang dahulu pernah penulis bahas, yaitu Marvel's Avengers: War for Wakanda. Terang jika penjelajahan Peter Quill masih semakin terasa impresif dibanding dengan games Marvel yang lain.


Watak yang kita gerakkan akan diambil dari pemikiran orang ke-3 . Beragam jenis kekuatan dan senjata dapat kita pakai di sini, satu diantaranya ialah pistol legendaris punya Star-Lord. Nach, anggota barisan lainnya, seperti Gamora, Rocket Raccoon, Drax, dan Groot bisa kita perintahkan untuk jalankan taktik tertentu walau tidak dapat digerakkan secara penuh seperti kita mainkan Peter Quill.

  • [REVIEW] INTO THE PIT—BEGITU GAMPANG DAN MENYENANGKAN
  • Antiknya, ada beberapa diskusi yang mempresentasikan sebuah jalinan di antara keputusan dan resiko yang ada. Dalam masalah ini, jalinan di antara anggota yang satu sama yang lain bisa dikuasai oleh keputusan dan keadaan yang kita buat. Begitupun dengan misi-misi tertentu, keputusan kita saat menentukan sebuah perlakuan akan mempengaruhi hasilnya.


    Untuk penulis, Marvel's Guardians of the Galaxy telah tampil sangatlah baik disebelah grafisnya. Dia bahkan juga sanggup melampaui games Marvel yang lain. Dalam PS5, setiap watak yang ada diperlihatkan dengan benar-benar detil dan polos. Mereka bergerak secara lentur dan ada banyak sekali atribut yang dilukiskan secara bagus oleh developer. Luar biasanya, formasi visual di saat in-game dibikin hampir sama dengan animasinya.


    Design dan detil dari lingkungan tidak lepas dari perhatian. Terang jika Eidos-Montreal tidak bermain-main dalam masalah ini. Tidak jadi masalah bila kamu cuman menelusuri dua atau tiga planet yang tidak demikian besar. Saat menyaksikan keelokan grafis didalamnya, kamu akan selekasnya lupakan begitu sempitnya dunia dalam Marvel's Guardians of the Galaxy.


    Formasi warna yang disuntikkan termasuk sangatlah baik. Dengan plot yang linear, kita bahkan juga akan kerap berdecak takjub pada saat menyaksikan Star-Lord membabat musuh-musuhnya dalam frame monitor 4K. Untuk pemakai PC, beritanya games ini akan minta detail yang lumayan tinggi, yaitu RAM 16 GB, processor sama dengan Intel i7-4790, dan GPU satu tingkat GeForce GTX 1660 Super. Adapun, kemampuan file-nya ada di range 90 GB.


    4. Audio tidak kalah mempesona

    Apa yang membuat penulis cukup kerasan mainkan games ini? Selainnya visual bagus, games Marvel ini kali mempunyai kualitas audio yang memikat. Dengarkan pembicaraan watak lewat earphone akan sama baiknya dengan memakai piranti audio lain. Nach, satu yang penulis sukai ialah bagaimana developer meningkatkan diskusi yang jauh dari kata garing dan jemu.


    Kamu akan dengar banyak diskusi dan itu tidak membuat telingamu kepanasan. Gurauan, langkah bergurau, dan pengutaraan dokumen sanggup kedengar kompak seperti beberapa film Hollywood. Lantas, bila dengarkan tindakan tembak tembak di antara Peter dengan beberapa lawannya, ada banyak sekali suara bagus yang memberikan dukungan. Dia dapat didatangkan dengan ramai, polos, tetapi tidak ada terlalu berlebih dalam telinga.


    Bagaimana dengan kualitas musikalnya? Sama bagusnya! Bahkan juga, musik telah menjadi satu diantara pendongkrak adrenalin saat Star-Lord berjibaku dengan pasukan lawan. Entahlah berperang di peternakan punya keluarga atau membabat lawan di planet aneh, semua kedengar epik dan nendang dalam telinga.


    Untuk penulis, musik yang disuntikkan oleh Eidos-Montreal dalam games ini termasuk brilian. Mengapa? Itu karena developer masukkan musik-musik punya group band fiksi namanya Star-Lord. Yap, sama seperti yang kita mengetahui, Peter Quill ambil nama Star-Lord dari sebuah group band yang dia sukai di saat masih ada di Bumi. Dalam kata lain, Eidos-Montreal membuat dan membuat sendiri musik-musik rock untuk group band fiktif itu. Kece, kan?


    5. Tampil dengan beberapa kelebihan dibandingkan games Marvel yang lain


    Harus dipertegas di sini jika penulis bukan fan atau fans dari Guardians of the Galaxy. Bahkan juga, dapat disebutkan jika penulis bukan fans Marvel keseluruhannya. Ini perlu dikatakan karena penulis harus memiliki sifat obyektif pada saat memberi ulasan sebuah games bernama besar—meskipun kadang hal tersebut memiliki sifat relatif dan sesuai dengan selera.


    Well, bagaimana dengan games ini? Keseluruhannya, dia tampil oke dan impresif. Plot yang menyenangkan untuk dituruti ditambah lagi proses gameplay yang membahagiakan jadi kombinasi yang nikmat dalam games ini. Belum juga segi visual dan audionya cakep, mempesona, dan dapat disebutkan terbaik bila dibanding dengan games Marvel yang lain.


    Namun, hal fundamental yang penulis rasakan sebagai kekurangan malah ada di ide penjelajahannya yang kurang luas. Ya, walau telah tampil bagus, penulis belum juga berasa senang dalam menelusuri beragam jenis lokasi yang ada. Ini karena sempitnya dunia yang perlu ditelusuri oleh Peter Quill.


    Maka bagaimana hasilnya? Penulis memberi score 4,5/5 untuk Marvel's Guardians of the Galaxy. Bila saja dunia yang dijajakan lebih luas, kemungkinan score prima akan diberi pada games yang dicatat oleh Mary DeMarle ini. So, jika sukai dengan penjelajahan yang tidak kuras waktu, games ini dapat kamu permainkan untuk isi akhir pekanmu!

    Baca Juga : MENYAKSIKAN SKENA ESPORTS INDONESIA TIMUR DARI MATA PANDORA CORP

    Read more →

    Kamis, 04 November 2021

    Menyaksikan Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora Corp

    Menyaksikan Skena Esports Indonesia Timur dari Mata Pandora Corp

    PASTORBFMC - Ekosistem esport di Sulawesi Selatan semakin berkembang. Team-team juga telah tercipta di bawah lindungan banyak siber kafe atau gaming house. Disamping itu, makin banyak kompetisi yang diadakan.

    Salah satunya yang turut jadi motor pendorong ialah Pandora Corp. yang mengepalai Pandora Siber Kafe. Mereka kembali menggelar kompetisi esport untuk kali ke-2 di tahun ini, dengan keseluruhan hadiah capai Rp15 juta. Gelaran bertema "GameZone" itu digelar pada 22 Oktober sampai Minggu (31/10/2021) di Atrium London Phinisi Poin.

    Ada empat games yang ditandingkan seperti Mobile Legends, Pokemon Unite, Free Fire dan Tekken 7. Seksi Umum Pandora Corp. Muhammad Fahreza Ibrahim menjelaskan, jumlah peserta kompetisi capai 400 orang, dengan bentang umur 9 sampai 20-an tahun.

    "Dari peserta semangatnya tinggi, mereka benar-benar suka karena ada acara ini. Keinginannya sama, besok-besok kami buat kembali dengan teratur," kata figur yang umum dipanggil Bob itu saat dijumpai PASTORBFMC, Minggu malam (1/11/2021).


    1.Pandora Corp. bernafsu membuat ekosistem esports

    Kompetisi seperti "GameZone" yang digodok menjadi salah satunya usaha Pandora Corp. dalam ajang esport Makassar. Menurut Bob, faksinya punyai program kerja lain untuk mendidik dan menjala kekuatan olahragawan pro. Misalnya yaitu jumpa wicara, pengiringan beberapa olahragawan sampai pembimbingan prestasi.


    Secara terang-terangan, dia mengaku jika skena esports di Indonesia Timur sangat ketinggalan bila dibanding dengan Pulau Jawa. Karena itu, pekerjaan membuat ekosistem dan membuat sejajar tidak segampang mengubah telapak tangan.

    "Di situ ekosistemnya mengagumkan, apa lagi di ibukota. Tidak usahlah kita team-team di Sulawesi muluk-muluk ingin samakan team-team di Jawa seperti RRQ dan sejenisnya dari sisi sponsorship dan jam terbang. Itu tidak kemungkinan mi," kata Bob.


    "Di sini saya tidak bicara mengenai value-nya tetapi mengenai kemiripan ekosistemnya. Itu yang ketinggalan di Indonesia Timur, dan kita merencanakan angkat supaya bisa sama dengan di Jawa," tambahnya.


    2. Stigma negatif orangtua pada games dan gamer sendiri dianggap masih menempel

    Tahun 2018 lalu, Pandora Corp. sempat juga melangsungkan kompetisi esports. Waktu itu mereka didukung usaha kulineran Kaesang Pangarep yaitu Si Pisang, dan membawa serta Celebes Gaming Community (Cegacom). Gelaran sama sempat dijadwalkan pada 2020, tetapi mau tak mau dibatalkan karena wabahk COVID-19.


    Tetapi dari periode 2018 sampai 2021, Bob mengaku permasalahan stigma negatif yang menempel pada gamer dari orangtua masih tetap ada. Ini sangat berlainan dengan keadaan di Jawa, di mana beberapa ayah dan ibu berlomba masukkan buah hatinya ke tim-tim gaming untuk mengoptimalkan kekuatan.


    "Argumennya, beberapa orangtua belum menyaksikan pembuktian jika terjun esports punyai tingkatan profesi," kata figur yang anggota Sektor Umum Esports Indonesia (ESI) Sulsel itu.


    "Anggaplah ESI membuat batas usia minimum jadi player yaitu 13 sampai 30 tahun. Umur 25 sampai 35, ia menjadi pelatih. Usia 30 ke atas menjadi manager karena perlu kematangan, karena tidak gampang jadi manager team esports," paparnya.

    Esports Indonesia

    3. Pandora Corp. mengharap visi panjang membuat skena esports dapat berbuah hasil

    Berbicara lebih jauh, stigma negatif orangtua di Indonesia Timur yang mencoba diganti oleh Pandora Corp. Bob mengaku ini juga yang membuat mereka susah menyaksikan deskripsi besar esports sebagai olahraga yang mempertajam kecakapan, psikis, pemikiran sampai fisik.


    "Ortu belikan anak konsol atau gawai, dan sesudahnya percuma. Walau sebenarnya bila anak dapat ditujukan dan dididik secara baik, apa lagi diikutkan ke team professional dan belajar disana, saya percaya anaknya dapat mempunyai potensi jadi olahragawan pro," ucapnya.


    "Karena itu sebagai loyalitas Pandora Corp. dalam membuat ekosistem, kami akan memberikan evaluasi ke orangtua apa segi positif esports lewat talkshow dan seminar. Untuk 'GameZone' ini kita telah kerjakan untuk pertama kali. Karena selainnya praktek, teorinya terang perlu," lanjut Bob.


    Lewat beragam program godokan mereka, Pandora Corp. mengharap menjadi pintu masuk dan arah anak-anak muda Indonesia Timur untuk masuk ke dunia esports.


    "Kami mengharap besar, supaya ekosistem yang dibuat dapat sukses. Tentu perlu waktu, dan usaha keras. Tetapi itu loyalitas kami dan akan kita perjuangkan," tandas Bob.

    Baca Juga : 5 BUKTI MINECRAFT 'THE WILD UP-DATE', BIOMA DAN MOB BARU



    Read more →

    Jumat, 29 Oktober 2021

    [REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu Sendiri

    Seri Pathfinder mungkin kedengar cukup asing dalam telinga kita. Yap, seri itu memang dibikin benar-benar kompleks dan terbagi dalam beberapa macam, salah satunya permainan papan, kartu, buku narasi, dan games versus digital yang umumnya dibuat untuk basis Windows (PC). Nach, ada dua seri populer dalam waralaba ini, yaitu Pathfinder: Kingmaker dan Pathfinder: Wrath of the Righteous.


    Sayang, seri Pathfinder: Kingmaker yang di-launching pada 2018 itu memperoleh banyak kritikan walau tidaklah sampai membuat tersuruk. Well, pada 2 September 2021 lalu, Owlcat Games—melalui META Publishing—telah melaunching seri terkini yang dengan judul Pathfinder: Wrath of the Righteous untuk multiplatform, yaitu Windows (PC), macOS, PS4, dan Xbox One.


    Bagaimana kesan-kesan penulis dalam mainkan seri terkini dari Pathfinder ini? Masihkah tampil biasa-biasa saja seperti perintisnya? Yok, baca beberapa pembahasan dan ulasan Pathfinder: Wrath of the Righteous berikut ini.


    1. Plot masih bergelut dengan kebaikan menantang kejahatan



    Plot dan alur cerita khusus dalam RPG ini kali masih termasuk sama dengan games semacam. Pada dasarnya, kebaikan akan menantang kejahatan yang sudah tidak tertahan kembali di dunia. Tetapi, di sini, kita lebih bebas saat menentukan jalan hidup dari watak dimainkan. Bukannya selalu bela kebenaran, kita malah menjadi sisi dari kejahatan tersebut.


    Penulis sempat mainkan games ini sepanjang 10 jam—memang jauh dari cukup. Tetapi, penulis cukup intensif dan memahami jika Pathfinder: Wrath of the Righteous datang dengan latar narasi yang memiliki bobot dan benar-benar berlainan dengan perintisnya. Kita akan ada di sebuah realm atau dunia yang dipenuhi oleh kemampuan jahat, seperti iblis, penyihir, monster, dan substansi yang lain.


    Apa watak bisa menjadi hero atau bad guy, itu bergantung bagaimana kita pilihnya. Kita dituntut untuk pelajari dan jalani games ini dengan kompleks dan linear supaya memahami akan segalanya yang akan dibuat. Kita menelusuri Worldwound, sebuah dunia yang mempunyai sela atau gerbang antardimensi yang menyebabkan beragam intimidasi di semua negeri.


    Beberapa negara dan kerajaan mulai kerepotan dalam hadapi dunia iblis. Cerita klisenya, kamu akan tergabung ke barisan pahlawan yang bekerja menantang kemampuan jahat itu. Jalankan watak di di dunia yang gelap dan sarat dengan teror mistik menjadi satu diantara sisi paling hebat untuk dilaksanakan dalam games ini.


    2. RPG isometrik yang kental dengan pergerakan taktis


    Pathfinder: Wrath of the Righteous terang tawarkan suatu hal yang lain dibandingkan games semacam. Games ini secara tegas mempunyai proses sebagai RPG isometrik seperti Dragon Age: Origins dan Divinity: Orisinal Sin. Tetapi, di sini, kamu tidak langsung bisa hajar kromo dan mengerubut musuh-musuhmu sampai meninggal. Masalahnya developer masukkan elemen turn-based sebagai pendamping prosesnya.


    Apa tidak berkesan sulit dan berbelit-belit? Menurut penulis, gameplay yang ada memang berkesan benar-benar taktis, tetapi tidak sesulit yang dipikirkan. Itu penyebabnya, mayoritas waktu akan kita habiskan untuk nikmati segi gameplay-nya yang demikian taktis dan memiliki bobot. Tetapi, bila kalian terlatih mainkan RPG, jenis The Witcher atau Skyrim, permainan taktis ala-ala Pathfinder: Wrath of the Righteous perlu penyesuaian yang dalam.


    Pada awal permainan, kita akan pilih watak yang akan dimainkan. Ada 25 kelas dan 12 ras yang dapat diputuskan sebagai watak dasar. Tidak cuman sampai di sana, beberapa karakter menguasai bisa juga diputuskan untuk tentukan skema permainan kita. Nach, antiknya, developer menyuntikkan banyak sekali modifikasi mantra, jurus, dan kemampuan yang akan mempengaruhi style bermain gamer.


    Pada umumnya, proses permainan yang didatangkan dalam games ini telah lebih bagus bila dibanding dengan Pathfinder: Kingmaker. Pasti dapat diperlukan saat yang benar-benar lama untuk menamatkan games ini ingat ada banyak sekali mekanisme battle yang perlu digerakkan dengan strategi dalam, belum juga bila harus ikuti plot ceritanya yang berkesan lamban.


    3. Kualitas visual dapat menjadi harga jual


    Kemungkinan penampilan visual dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous tidak dapat disebutkan benar-benar mempesona. Kenyataannya, jarang games sejenis RPG isometrik yang mempunyai grafis yang betul-betul wah. Kembali juga, tidakkah sebuah RPG isometrik lebih harus menunjukkan kedalaman narasi dan proses gameplay? Nach, di mata penulis, games ini telah datang dengan grafis yang oke dan dapat menjadi harga jual yang bagus.


    Menghajar monster akan terlihat beringas karena banyak sekali cipratan darah yang dibuat. Belum juga ,beberapa serangan sichir yang dilemparkan substansi iblis dari beragam segi tampil bagus. Ada banyak bug kecil yang penulis dapatkan di saat keadaan battle. Tetapi, segi error itu tidaklah sampai mengusik jalan permainannya dan masih dipandang benar-benar minor.


    Untuk versus PC, detail yang disuruh tidak demikian tinggi. Dengan RAM 8 GB, processor Core i5, dan GPU sama dengan GeForce 940M, kamu bisa jalankan games ini secara lancar. Kemampuan file-nya terhitung di kelas menengah, yaitu 55 GB. Bagaimana? Lumayan ringan untuk digerakkan, kan? Selekasnya saja membeli dan install games ini di PC punyamu.

    Baca Juga : [REVIEW] Into the Pit—Begitu Gampang dan Menyenangkan

    4. Audio kedengar sepi



    Ini kemungkinan memiliki sifat benar-benar relatif. Tetapi, dalam telinga penulis, kualitas audio yang diperlihatkan dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous masih tidak cukup memiliki bobot dan kesusahan menyeimbangi plot ceritanya yang dalam. Ada beberapa dungeon yang tidak ditranslate secara bagus lewat audionya. Bahkan juga, kualitas pengisi suaranya kedengar biasa saja.


    Audio dan semua jenis suara yang dibikin oleh developer tak berarti jelek. Dia masih kedengar jernih dan cukup pantas untuk didengarkan. Tetapi, ada beberapa sisi dalam games yang berkesan sepi dan tidak mempresentasikan dunia yang dark dan menakutkan. Untungnya, malah di sini developer dapat bermain aman karena jarang diketemukan suara yang overloud.


    5. Terang lebih bagus daripada perintisnya


    Pathfinder: Wrath of the Righteous terang datang dengan plot dan style permainan yang lebih baik daripada perintisnya. Dia sanggup tampil jadi RPG isometrik dengan proses taktis yang intensif dan buat ingin tahu dari hari ke hari. Belum juga bila menyaksikan penampilan visualnya, dia telah terhitung dalam kelompok baik.


    Tetapi, games ini kelihatannya akan susah dicintai oleh kalian yang fanatik dengan RPG, seperti Elder Scrolls, The Witcher, atau Dragon Age: Inquisition. Di satu segi, proses turn-based yang ada mampu jadi hal fresh yang mempertajam otak. Di lain sisi, mekanisme jenis ini menjadi sebuah bumerang karena berkesan berbelit-belit.


    Well, tidak ada gading yang tidak rengat, kan? Penulis memberikan score akhir 4/5 untuk Pathfinder: Wrath of the Righteous. Tanpa berasa, games ini akan habiskan waktu tidur dan membuat kamu kerap bergadang. Bagaimana? Apa kamu siap untuk membuat jalan hidupmu sendiri?


    Read more →

    [REVIEW] Into the Pit—Begitu Gampang dan Menyenangkan

    Ada sebuah games murah di Steam yang dipasarkan dengan harga Rp95.999 dan barusan di-launching pada 19 Oktober 2021 kemarin. Yap, games itu dengan judul Into the Pit garapan Nullpointer Game dan dipasarkan di bawah distributor Humble Game. Games ini sebagai kreasi indie yang ditujukan untuk pemakai Windows (PC) dan konsol Xbox One.


    Apa Into the Pit mampu mengusung nama developer ke atas pentas kompetisi di dunia games? Seharusnya kamu baca ulasan Into the Pit dari penulis untuk games dengan proses menarik ini.


    1. Cerita pemburu sichir dalam hadapi portal iblis



    Plot yang mengusung cerita mengenai sichir dan dunia mistik mungkin demikian digemari oleh beberapa gamer di dunia. Minimal, ada banyak sekali komponen sichir yang didatangkan dalam games berbasiskan RPG dan hack and slash. Cerita yang diperlihatkan dalam Into the Pit juga begitu. Dia searah dengan cerita-kisah pemburu iblis yang lain.


    Di sini, kamu akan bekerja sebagai pemburu sichir yang berkekuatan mistik karena watakmu sebagai turunan dari keluarga yang profesinya sebagai pemburu tukang sichir. Di suatu waktu, kamu dengar berkenaan rumor ada portal iblis yang mengakibatkan banyak daerah alami kegelapan.


    Tidak sampai di sana, watak kita dan ponakannya yang namanya Luridia ditugaskan untuk menyelidik sebuah dusun yang diperhitungkan terkuasai oleh kemampuan sichir jahat. Nach, disini, penjelajahanmu akan diawali secara intensif. Pemain dituntut untuk menyelidik sekalian menangani kemampuan jahat yang entahlah darimanakah hadirnya.


    2. Proses permainan yang lumayan gampang


    Dapat disebutkan jika Into the Pit terhitung ke games sejenis first-person shooter (FPS) yang digabungkan dengan roguelike, yaitu proses permainan yang menyuntikkan elemen kematian tetap pada watak. Yap, bila watakmu meninggal di tengah-tengah jalan, kamu akan mengulang-ulangnya dari sejak awalnya atau lewat checkpoint yang jaraknya lumayan jauh.


    Apa proses semacam ini dapat membuat frustrasi seperti seri games dengan judul Dark Souls? Sayang, games ini dapat digerakkan dengan demikian gampang dan hampir tanpa rintangan sama sekalipun. AI lawan terlihat demikian noob dan kemampuannya kelihatan benar-benar tidak imbang dengan watak khusus. Kamu dapat dengan asyik memberondong musuh-musuhmu dengan kemampuan mistik yang kamu punyai.


    Lalu, point setelah itu proses permainan yang cukup repetitif. Maknanya, selainnya ide yang selalu berulang-ulang, pemain bisa menamatkan games ini sama waktu yang cukup pendek. Disamping itu, macam gempurannya juga kurang bermacam. Baik itu gempuran dari watak atau lawan, semua kelihatan benar-benar simpel dan susah mendapati di mana letak macamnya.


    Bagaimana dengan kekuatan bosnya? Kelihatannya penulis rasakan hal sama gampangnya. Dengan seringkali gempuran taktis, watak bos akan ketidaktahuan dan itu peluang kita untuk merubuhkannya. Pada dasarnya, bertualang di dunia Into the Pit dirasakan gampang dan menyenangkan walau ada hati jemu di situ.


    3. Penampilan visual masih kelihatan kaku


    Terang jika Into the Pit tampilkan style visual retro yang berkesan kotak-kotak. Tetapi, lepas dari itu, penulis masih rasakan jika kualitas grafisnya cukup kaku. Sebagian besar bangunan dan object yang ada dilukiskan secara hampir sama. Dunia bawah tanah pun tidak dapat dicontohkan dengan lumayan baik, bukannya tampil menakutkan.


    Tetapi, berita baiknya, developer mengikutkan banyak sekali warna menarik di saat mekanisme pertempuran berjalan. Kamu akan menyaksikan bagaimana sinar peluru dapat dilemparkan dengan warna yang demikian pekat . Maka, games ini kelihatannya memang konsentrasi dalam tindakan tembak lawan dengan lemparan peluru sinar yang demikian masif.

    Baca Juga : 5 Bukti Minecraft 'The Wild Up-date', Bioma dan Mob Baru

    4. Style audio yang berkesan FPS sekali



    Into the Pit datang dengan style audio yang unik dan berkesan FPS sekali. Ketika tembak musuh-musuhmu, suara malah akan kedengar seperti kamu tembak dengan senapan mesin. Tidak berbeda jauh dengan games FPS yang menggunakan senjata kekinian, shooting sichir dalam games ini dilukiskan begitu.


    Musiknya memadukan elemen seram dan retro yang cukup kental. Ketika kita masuk sebuah zone tertentu yang misteri, musik akan mengalun cukup creepy. Nach, demikian kita hadapi segerombolan iblis, musik akan cepat berpindah ke model retro yang cukup stabil. Mainkan Into the Pit akan bawa kita pada alunan audio yang bercabang dan memiliki sifat dualisme.


    5. Bawa ide inovatif yang kurang dioptimalkan


    Sebenarnya games ini telah datang dengan ide yang unik sekalian inovatif. Penulis sukai dengan gagasan narasi berkenaan portal iblis, kemampuan sichir, dan style watak yang dapat melemparkan banyak sekali peluru mistik dari ke-2 tangannya. Namun, ada beberapa kekurangan yang penulis rasakan saat mainkan Into the Pit sepanjang beberapa saat.


    Pertama, plot khusus tidak sanggup diperkembangkan secara dalam oleh developer. Ke-2 , AI lawan yang demikian bodoh dan benar-benar gampang untuk ditaklukkan walau cuman memakai gempuran kecil. Lantas, ke-3 , kurangnya macam pergerakan atau gempuran dari semua watak dalam games ini, terhitung beberapa musuh kita. Paling akhir, kualitas visual dan audio yang berkesan tanggung untuk dicicipi.


    Maka bagaimana ringkasannya? Well, penulis memberi score 3/5 untuk Into the Pit. Dapat disebutkan jika dengan demikian jumlahnya kekurangan, games ini masih tampil cukup karena proses memberondong iblis yang dipandang menyenangkan. Nach, dengan harga yang lumayan murah, rasanya games ini masih pantas untuk dibeli dan dimainkan diakhir minggu.


    Read more →

    Senin, 25 Oktober 2021

    5 Bukti Minecraft 'The Wild Up-date', Bioma dan Mob Baru

    Acara Minecraft Live 2021 yang diselenggarakan pada Sabtu (16/10/2021) umumkan up-date besar selanjutnya untuk games Minecraft. The Wild Up-date ini akan memfokuskan perhatian ke alam liar, baik yang cantik atau yang menakutkan.


    Ingin tahu apa content baru dalam up-date terbaru Minecraft? Tanpa banyak basa-basi, yok baca rinciannya!


    1. Bioma Deep Dark yang diselimuti kegelapan buat bergidik!



    Sebetulnya Minecraft telah berasa seperti games seram karena dogma Herobrine dan musik menakutkan yang ada saat mengeksploitasi gua besar. Nach, Mojang Studios ajak kamu untuk mengetes nyali dengan menelusuri bioma gelap namanya 'Deep Dark'.


    Bioma bawah tanah yang seperti terlihat puing-puing kota kuno yang misteri ini bukan hanya horor karena kegelapannya saja. Kenyataannya, ada blok bernama 'Sculk Shrieker' yang bisa menjerit saat kamu teridentifikasi oleh Sculk Sensor secara tidak menyengaja.


    Sesudah menjerit, kamu akan terkena dampak Darkness. Kita mengambil gambar contoh di atas. Jika kamu terkena dampak Darkness, apa yang sebelumnya telah gelap jadi hitam pekat tanpa sinar.


    Permasalahannya, bila jeritan ini terjadi berkali-kali, mob Warden akan tiba. Warden ialah mob baru yang tidak bisa menyaksikan. Makhluk yang mengerikan ini malah mengetahui pergerakan. Dengan begitu, kamu perlu menyelusup perlahan-lahan tetapi tentu saat larikan diri dari Warden. Yap, larikan diri. Karena, mob yang paling kuat ini direncanakan untuk dijauhi, tidak untuk ditantang.


    2. Tak lagi hampa, bioma Swamp menjadi penuh kehidupan


    Dahulu, bioma Minecraft yang paling kosong dan kurang akan pertanda kehidupan ialah bioma laut. Pikirkan saja, lautnya benar-benar luas tapi makhluk hidupnya terbatas pada cumi-cumi saja. Tetapi, hal tersebut berbeda saat Mojang Studios mengeluarkan Up-date Aquatic yang membuat laut semakin cantik. Sekarang, bioma Swamp atau rawa memperoleh pembaruan.


    Bioma Swamp yang sebelumnya berasa hampa akan diisikan oleh pohon pertama di Minecraft yang bisa tumbuh di bawah air dan di tanah, yakni pohon bakau. Swamp ini jadi rumah untuk dua mob baru, kunang-kunang dan katak.


    Kunang-kunang akan membuat malam hari di Swamp jadi hidup. Mereka akan jadi sumber makanan untuk mob berdarah dingin pertama di Minecraft, sang katak.


    Katak menjadi satu diantara mob paling unik di Minecraft karena babak perkembangannya. Saat kecil, mereka ialah kecebong yang dapat kamu membawa dengan ember.


    Wujud katak saat dewasa akan berlainan bergantung dengan biomanya. Selama ini, ada tiga tipe katak, yakni katak rawa, katak salju, dan katak tropis. Walau kelihatan berlainan, mereka sama menggemaskan!


    3. Up-date didatangi banyak blok baru


    Implikasi pohon bakau di Minecraft mempunyai makna jika kamu bisa memakai kayunya sebagai bahan bangunan. Selainnya blok yang terkait dengan pohon bakau, The Wild Up-date menambah blok menarik yang lain, yakni


    -Mud Blok atau lumpur yang diketemukan di bioma Swamp, dapat dibikin dengan memakai Water Bottle pada Dirt Blok. Mud Blok dapat ditempatkan di atas Dripstone Blok untuk dikeringkan dan diganti jadi Clay Blok

    -Mud Bricks yang dibikin dengan memadukan lumpur, pasir, dan gandum

    -Sculk Blok yang diketemukan di bioma Deep Dark

    -Sculk Catalyst yang bisa 'menyebarkan' Sculk Blok

    -Sculk Shrieker yang menjerit, memberi dampak Darkness, dan bisa panggil mob Warden


    Up-date ini jadi kiprah Boat with chest, yaitu sebuah kapal kayu yang mengusung chest. Dengan poin ini, kamu dapat bawa banyak barang saat ingin melalui perairan yang luas.


    Baca Juga : Inovatif dan Menarik! 7 Games Ini Punyai Diagram yang Unik


    4. Allay jadi juara penyeleksian mob baru



    Peristiwa penyeleksian mob baru melalui pengambilan suara di Twitter cukup mendebarkan, apa lagi untuk mereka yang ingin mob kesukaannya jadi mob terkini di Minecraft. Dari ke-3 opsi, cuman satu sebagai juara, yakni Allay.


    Makhluk imut warna biru muda ini menyenangi musik dan mempunyai nilai manfaatnya sendiri. Jika kamu memberikan mereka satu poin, Allay akan kumpulkan semakin banyak poin sama dengan yang jatuh di tanah.


    Juara ini sukses menaklukkan mob Glare yang bisa mendapati tempat gelap di tingkat sinar 0 dan mob Copper Golem yang suka tekan Copper Buttons. Nampaknya, Allay punyai manfaat untuk perkebunan automatis, Glare membantu kamu dalam sesion Survival dengan tingkat kesusahan Hardcore, dan Copper Golem berguna untuk kepentingan proses Redstone.


    5. Tidak ada tanggal launching yang jelas


    Team Mojang Studios menjelaskan jika up-date terkini Minecraft akan datang tahun 2022 kedepan. Sayang, mereka masih rahasiakan tanggal dan bulan peluncuran The Wild Up-date.


    Ini logis sehubungan mob katak saja masih juga dalam tahapan peningkatan. Nanti, ke-3 variasi katak bukan hanya berlainan secara design, tapi dari sisi hidupnya.


    Wah, The Wild Up-date bagus sekali, ya! Dua bioma yang mempunyai kontras di antara satu dan lainnya tentu saja jadi daya magnet khusus. Menurut kamu, content The Wild Up-date apa yang buat kamu tidak sabar untuk cobanya?


    Read more →

    Inovatif dan Menarik! 7 Games Ini Punyai Diagram yang Unik

    Keelokan pada suatu games tidak cuma dibuat oleh jalan ceritanya yang mengundang beragam tipe emosi, tetapi musik dan diagramnya. Tentu saja, games semakin memikat saat disertai dengan alunan melodi yang enak didengarkan dan diagram yang mengambil alih perhatian.


    Dalam kerangka diagram, banyak team developer ingin membandingkan diri dari kompetitor. Tidak harus realitas, mereka berusaha untuk adopsi style diagram yang lebih inovatif. Berikut tujuh games yang mempunyai diagram yang unik.


    1. Cuphead


    Terkenal karena gameplay-nya yang buat frustrasi, Cuphead kerap disetarakan dengan games Dark Souls. Di Cuphead, kamu dan satu pemain yang lain usaha untuk menuntaskan tingkat yang selalu usai dengan boss fight yang susah.


    Tetapi, daya magnet dalam games run and gun ini bukanlah terbatas pada gameplay-nya saja. Musik jazz dituruti dengan diagram dan style animasi yang di inspirasi kartun 1930-an jadi perhatian beberapa gamer. Yap, bukan berasa bermain games kembali, tetapi melihat kartun yang penuh tindakan!


    Karena diagramnya, Cuphead memenangi beragam penghargaan seperti design visual terbaik di Golden Joystick Awards 2017 dan art direction terbaik di The Games Awards 2017.


    2. Return of the Obra Dinn


    Sebagai penyelidik atau investigator asuransi, kamu punyai kewajiban untuk mengecek kapal Obra Dinn yang hancur tanpa pertanda kehidupan. Dalam interograsi ini, kamu akan memeras otak untuk cari tahu nasib seluruh kru kapal, siapakah pembunuh mereka, dan lokasi mereka jika masih hidup.


    Seperti Cuphead, Return of the Obra Dinn memperoleh sanjungan karena diagramnya. Style 1-bit yang monokrom ini di inspirasi dari jejeran games computer Macintosh awalnya.


    Berbicara masalah diagram, Return of the Obra Dinn memenangi penghargaan art direction terbaik di The Games Awards 2018 dan perolehan artistik di British Academy Game Awards ke-15. Siapa ngomong diagram bagus harus realitas?


    3. The Walking Dead


    Cerita Lee dan Clementine sudah membuat beberapa gamer teteskan air mata. Untuk kamu yang belum mengetahui, games episodik ini menceritakan mengenai seorang terpidana namanya Lee Everett yang memperoleh peluang ke-2 dalam kehidupan di tengah-tengah jumlahnya zombi. Arah Lee simpel tapi susah. Ya, bertahan hidup dan membuat perlindungan seorang anak wanita namanya Clementine.


    Games yang memperoleh tanggapan yang mengagumkan positif ini dibungkus dalam diagram ala-ala buku komik. Bahkan juga, dalam The Walking Dead: The Telltale Definitive Seri, diagram ini memperoleh peralihan. Mengangkat nama 'graphic black', penampilan The Walking Dead semakin serupa dengan komik bikinan Robert Kirkman.


    4. GRIS


    Kalimat itu susah dipungkiri, ingat diagram GRIS yang betul-betul fenomenal. Keyword 'indah' kerap diketemukan saat cari pembahasan berkenaan GRIS.


    Dibikin oleh Nomada Studio, games dengan diagram yang kelihatan bak lukisan air ini ikuti cerita seorang wanita muda namanya Gris yang hadapi pengalaman menyakitkan dalam kehidupannya. Seiring waktu berjalan, Gris akan tumbuh secara emosional dan menyaksikan dunianya secara berlainan.


    Menyaksikan beragam pembahasan yang beri pujian diagram, dapat diprediksikan jika GRIS jadi juara untuk beragam penghargaan yang terkait dengan diagram. Contoh penghargaan yang dimenangi GRIS ialah Games Developers Choice Awards 2019 kelompok seni visual terbaik dan Titanium Awards 2019 kelompok seni terbaik.


    5. Ōkami

    Bermula dari sebuah games PlayStation 2, Ōkami di-launching di Wii, walau diberitakan sebelumnya jika games ini tidak di-launching untuk konsol Nintendo itu.


    Versus HD-nya selanjutnya di-launching untuk PlayStation 3, PlayStation 4, Xbox One, PC, dan Nintendo Switch. Walau datang untuk beragam konsol yang lain, diagramnya masih tetap kekal, tidak mengenali waktu.


    Ōkami bercerita cerita Amaterasu, dewi matahari Jepang berbentuk serigala putih yang berusaha menaklukkan Orochi, iblis berkepala delapan yang merusak Nippon (Jepang).


    Awalannya, games ini punyai diagram yang termasuk realitas pada periodenya. Tetapi, team Clover Studio memilih untuk adopsi style sumi-e, lukisan tinta Jepang yang estetis karena warna hitam putihnya. Oleh karena itu, Ōkami dianugerahkan penghargaan perolehan artistik di BAFTA Game Award 2007.


    6. 11-11 Memories Retold


    11-11 Memories Retold jadi contoh games selanjutnya yang di inspirasi oleh style lukisan. Games adventure ini ambil waktu pada Perang Dunia I. Kamu bermain sebagai dua watak, yakni photografer muda asal Kanada dan mekanik dari Jerman. Ke-2 nya turut serta dalam perang karena argumen yang lain.


    Diagramnya sendiri di inspirasi oleh style impresionisme yang mengutamakan pelukisan sinar dengan sapuan kuas yang relatif kecil, tipis, namun tetap kelihatan. Karena diagram ini, games 11-11 Memories Retold seperti terlihat lukisan yang bergerak.


    7. 13 Sentinels: Aegis Rim


    Saat berbicara masalah diagram, kita tidak bisa lupakan Vanillaware yang unik dengan diagram dua dimensinya. Walau diagram Odin Sphere seringkali disanjung, daftar ini akan mengulas 13 Sentinels: Aegis Rim, games terkini Vanillaware.


    13 Sentinels: Aegis Rim ikuti narasi tiga belas siswa SMA di Jepang tahun 1980-an yang terbawa dalam perang modern di antara mecha dan kaiju yang bermusuhan. Plotnya memang kece, tapi bagaimana dengan diagramnya?


    Diagram games terkini Vanillaware ini memanglah tidak penuh warna dibanding Odin Sphere. Tetapi, minimal Vanillaware coba hal baru dengan memakai asset tiga dimensi dalam games ini.


    Disamping itu, kecurangan dampak penerangan membuat atmosfer games semakin berasa. Penerangan dan object digunakan untuk membuat fantasi jarak, depth of field.


    Sesudah membaca artikel ini, kurang lebih games mana yang punyai diagram sangat menarik? Atau, ada games dengan diagram unik yang belum tertera dalam daftar ini? Sertakan di kotak kometar, ya!


    Read more →